Sesuai deskripsi blog yang telah anda baca diatas, blog ini adalah blog
baru yang masih mencari inspirasi untuk memenuhi isinya. Dan inspirasi yang
saya dapatkan adalah sekolah saya, yaitu SMA Negeri 1 Kendal. Sebagai
informasi, saya adalah orang baru di sekolah ini, dengan kata lain saya baru
kelas sepuluh.
SMA Negeri 1 Kendal menjadi pilihan saya sesaat setelah teman saya
menawarkan saya untuk satu SMA dengannya. Awal datang ke sekolah ini untuk
pendaftaran, saya takjub dengan sekolah ini. Taman depannya luas, masjidnya
nyaman, parkirnya pun luas. Tiga hal yang saya sebutkan memang adalah hal dasar
penilaian saya terhadap suatu sekolah. Sebenarnya ada empat, tapi saya tidak
akan membahas yang terakhir.
Masa sekolah saya dimulai dari masa MOPDIK. Tapi saya tidak akan membahas
masa tersebut. Saya akan mulai dari pembagian kelas. Ada 12 kelas untuk kelas
yang baru. Tujuh MIPA, lima IPS, dan satu BB. Pilihan saya adalah MIPA. Dan
sesuai takdir, saya masuk kelas X MIPA 4. Dari banyak mitos, angka 4 adalah
angka yang kurang diminati dan memberi kesialaan. Apalagi saya penggemar Jepang
yang kebanyakan orang di sana membenci angka tersebut. Tak masalah, saya tidak
terlalu memikirkannya. Kalaupun itu benar, berarti saya sial bersama 31 anak
lain yang juga terpilih masuk kelas ini.
Kali ini saya akan
membahas kelas saya. Saya akan mulai dari deskripsi. Kelas X MIPA 4 berukuran kira-kira
9 x 8,5 x 3 meter. temboknya berwarna kuning agak krem dengan beberapa bagian
cat yang mengelupas akibat tempelan hiasan dari kakak kelas yang disobek paksa.
Lantainya berkeramik putih yang 6 dari 84 keramiknya membatalkan kesan sempurna
karena pecah dan keramik yang pecah tersebut letaknya benar-benar strategis
untuk membuat orang tersandung karena berada persis di samping dan bawah meja
guru. Papan tulis berada di tembok sisi utara yang terdiri dari satu whiteboard
yang berukran 2,5 x 1 meter dan dua blackboard yang masing-masing berukuran 1 x
1 meter. Meja dan kursi berjumlah pas untuk setiap murid dan guru yang tentu
saja setiap meja dan kursi (kecuali milik guru) tidak lepas dari jejak seni
pendahulu kelas. Kelas kami berpintu ganda,warnanya coklat pudar dengan
beberapa bekas kertas dan lem. Jendelanya berjumlah 15 dan hanya saat mati
listrik jendela itu terlihat kegunaannya, krena setiap hari jendela tersebut
tertutup gorden hijau muda agak tua yang tebal. Kelas dilengkapi LCD proyektor
lengkap dengan layar putih yang pernah mengalami insiden ‘layar yang tidak bisa
dinaikkan’. Ada dua AC labil yang masing-masing terletek di sisi samping kelas
yang jujur saja, kadang justru mengganggu karena nyala-matinya tidak bisa
diprediksi. Fasilitas yang lain adalah CCTV yang kadang tidak diakui
keberadaannya oleh anak laki-laki. CCTV tidak berdosa yang jadi andalan sebagai
pengawas ujian ini harus merekam adegan
anak-cowok-yang-malas-ke-kamar-mandi-saat-ganti-baju setiap minggu. Oke, ini
memalukan. Tidak seharusnya saya membahas hal tersebut.
Kembali ke jalan yang
benar, deskripsi dilanjutkan dengan harta kekayaan. Sampai tulisan ini di buat,
banyak warisan di kelas yang telah dibuang atau diganti. Meski begitu, beberapa
barang sengaja disisakan jikalau dibutuhkan. Foto pahlawan, tentu tidak
diganti, gambarnya masih bagus. Jam yang ada, tidak berputar jarumnya tapi
berhasil diperbaiki. Kata mutiara, bagan, skema, tentu diganti yang baru. Tema
kelas pun di ganti dan membuat semua hiasan di kelas dilepas, tentu saja dengan
jerih payah berjam-jam dikarenakan lem yang digunakan benar-benar kejam. Foto
presiden dan wapres, tak perlu diganti, toh pres dan wapresnya belum ganti.
Beberapa barang lain disimpan di lemari kecil di sudut kelas.
Sepertinya hanya itu
saja tentang deskripsi kelas X MIPA 4. Kita lanjutkan dengan
postingan-postingan lain saat saya sudah mendapat inspirasi.
Ha ha ha..saya berada diantara 31 murid yg mungkin akan terkena sial. Maybe :D
BalasHapusMaybe anda salah menyebutkan jumlah murid. Oh, saya baru ingat, satu orang telah mendapat kesialannya.
Hapus